Senin, 02 Februari 2015

Seni Teater Uyeg

Dilansir dari Duniaart.com kesenian Uyeg yang sudah hilang hampir 470 tahun kembali dipertunjukan di Gedung Pusat Kajian Islam (Islamic Center) lantai 2 jalan Veteran No. 3 Sukabumi pada tahun 2010 dalam acara sosialisasi hasil revitalisasi seni tradisional Uyeg dengan menampilkan cerita lawas yang berjudul Sadar Ditatar Siluman dengan sutradara Cece Suhanda dan para pelaku dari padepokan Rawayan pimpinan Wilang Sundakalangan.
            Uyeg Merupakan salah satu seni tradisi yang ada di daerah Sukabumi khususnya di daerah selatan yaitu di pesisir pantai pelabuhan ratu, kesenian teater rakyat ini sudah bisa di katakana puanah karena kesenian ini sudah lama sekali tidak dipertunjukan di Sukabumi ataupun daerah lainnya apalagi sepeninggalnya pak Anis Djati Sunda yang berhasil merevtalisasi seni teater rakyat ini hampir tidak ada lagi kelompik kesenian di Sukabumi  yang berinisiatif untuk mempertunjukan seni teater rakyat ini, menurut Wilang Sundakalangan kesenian teater rakyat ini sudah ada sejak masa kerajaan Sunda (Abad Ke 7 sampai 14) ketika itu digelar sebagai bagian dari ritual seren taun (Pesta panen) untuk menghormati Dewi Sri dan Guru Bumi namun terakhir kesenian ini ditampilkan pada tahun 1990 setelah Anis melakukan pengumpulan data pada orang-orang yang mau melestarikan Uyeg dari tahun  1978-1981, dari informasi yang diperoleh pada tahun 1854 sempat dipentaskan oleh ayah Akung dari generasi pertama yang mencoba mengangkat kesenian Uyeg, lalu oleh abah Ita sebagai generasi keempat sekitar tahun 1957-1960 yang mulai mengangkatnya kembali, sejak oleh ayah Akung sekitar tahun 1884 kesenian ini sudah berada di Sukabumi tapi mulai dicanangkan sebagai kesenian khas Sukabumi baru tahun 1981 oleh Anis Djatisunda
            Berdasarkan Hipotesis Anis Djati Sunda seni Teater Rakyat Uyeg merupakan satu bentuk teater rakyat Jawa Barat yang masih memiliki ciri-ciri dari pola struktur budaya nusantara yang mewarnai lambang tradisi megalitik, terbukti dengan masih digunakannya warna hitam dan putih pada kain yang disebut kelir, kain hitam putih ini merupakan simbol alam yaitu gambaran krisna-paksa (Hitam) dan Sukhla-Paksa (Putih) yakni terkait dengan alam yang memiliki dua unsur yang berbeda, bumi langit, atas bawah, laki-laki perempuan dan yang lainnya dan kata Uyeg memiliki filosofi bahwa Uyeg bersinonin dengan kata Oyag artina bergerak pada visualisasi pertunjuknnya kain kelir senantiasa digerak-gerakan saat pertunjukan sebagai simbol bahwa hidup itu terus bergerak, dinamis tidak setatis seperti pemikiran manusia.
            Anis Djatisunda sebagai tokoh yang berhasil merevitalisasi Uyeg Anis mencoba menyandingkan kesakralan seni teater rakyat ini dengan kemajuan teater modren, Anis memasukan dramaturgi barat dalam konsep pertunjuknnya, seperti tangga dramatik, dan tata artistis serta tata cahaya, namun semua itu memiliki batasan agar tidak merusak konsep sakral dari Uyeg itu sendiri. Seperti dalam naskah Uyeg yang Anis tulis inti cerita dari naskah ini adalahsadarnya dua orang jagoan yang juga penjahat setelah diberi nasihat oleh siluman dalam proses penampilannya banyak diselangi adegan humor.
            Bentuk pertunuukan Uyeg pada dasarnya mirip dengan pertunjukan seni teater rakyat Jawa Barat lainnya seperti longser, pada awal pertunjukan sekelompok nayaga mengawali pertunjukan dengan tetabuhan bedug dengan bunyi lambat yang semakin lama menjadi semakin cepat, bunyi-bunyi tersebut disusul dengan bunyi kendang dan alat gamelan lainnya serta bunyi teropet yang semakin memeriahkan suasana, seiring suara gamelan yang cepat sehelai kain yang berwarna hitam dan putih sebagai backdrop digetarkan, ketika aluanan musik melambat, munculah Raja Uyeg dari balik kelir dengan dandanan seperti raja dalam cerita pewayangan tapi memakai kaca mata hitam dan merokok kemudian raja Uyeg menjadi simbol alam Uyeg dan sang Rajapun memaparkan cerita Uyeg yang akan ditampilkan.
            Seni Teater Uyeg sama dengan teater rakyat yang lainnya perlu penelitian dan pelestarian lebih lanjut demi menambah khazanah kesenian teater di Indonesia, seni teater tradisi bisa menjadi sumber ide gagasan untuk penciptaan seni teater modern yang selama ini kian berkembang, seni teater tradisi memiliki ciri dan jatidiri yang mesti dikaji sehingga bisa dibaca juga pola pikir orang-orang pada masa itu, baik pola pikir berkesianannya atau pola pikir kehidupannya.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar