Uyeg Merupakan salah satu seni tradisi yang ada di daerah Sukabumi
khususnya di daerah selatan yaitu di pesisir pantai pelabuhan ratu, kesenian
teater rakyat ini sudah bisa di katakana puanah karena kesenian ini sudah lama
sekali tidak dipertunjukan di Sukabumi ataupun daerah lainnya apalagi
sepeninggalnya pak Anis Djati Sunda yang berhasil merevtalisasi seni teater
rakyat ini hampir tidak ada lagi kelompik kesenian di Sukabumi yang
berinisiatif untuk mempertunjukan seni teater rakyat ini, menurut Wilang
Sundakalangan kesenian teater rakyat ini sudah ada sejak masa kerajaan Sunda
(Abad Ke 7 sampai 14) ketika itu digelar sebagai bagian dari ritual seren taun
(Pesta panen) untuk menghormati Dewi Sri dan Guru Bumi namun terakhir kesenian
ini ditampilkan pada tahun 1990 setelah Anis melakukan pengumpulan data pada
orang-orang yang mau melestarikan Uyeg dari tahun 1978-1981, dari
informasi yang diperoleh pada tahun 1854 sempat dipentaskan oleh ayah Akung
dari generasi pertama yang mencoba mengangkat kesenian Uyeg, lalu oleh abah Ita
sebagai generasi keempat sekitar tahun 1957-1960 yang mulai mengangkatnya
kembali, sejak oleh ayah Akung sekitar tahun 1884 kesenian ini sudah berada di
Sukabumi tapi mulai dicanangkan sebagai kesenian khas Sukabumi baru tahun 1981
oleh Anis Djatisunda
Berdasarkan Hipotesis Anis Djati Sunda seni Teater Rakyat Uyeg merupakan
satu bentuk teater rakyat Jawa Barat yang masih memiliki ciri-ciri dari pola
struktur budaya nusantara yang mewarnai lambang tradisi megalitik, terbukti
dengan masih digunakannya warna hitam dan putih pada kain yang disebut kelir,
kain hitam putih ini merupakan simbol alam yaitu gambaran krisna-paksa (Hitam)
dan Sukhla-Paksa (Putih) yakni terkait dengan alam yang memiliki dua unsur yang
berbeda, bumi langit, atas bawah, laki-laki perempuan dan yang lainnya dan kata
Uyeg memiliki filosofi bahwa Uyeg bersinonin dengan kata Oyag
artina bergerak pada visualisasi pertunjuknnya kain kelir senantiasa
digerak-gerakan saat pertunjukan sebagai simbol bahwa hidup itu terus bergerak,
dinamis tidak setatis seperti pemikiran manusia.
Anis Djatisunda sebagai tokoh yang berhasil merevitalisasi Uyeg Anis
mencoba menyandingkan kesakralan seni teater rakyat ini dengan kemajuan teater
modren, Anis memasukan dramaturgi barat dalam konsep pertunjuknnya, seperti
tangga dramatik, dan tata artistis serta tata cahaya, namun semua itu memiliki
batasan agar tidak merusak konsep sakral dari Uyeg itu sendiri. Seperti
dalam naskah Uyeg yang Anis tulis inti cerita dari naskah ini
adalahsadarnya dua orang jagoan yang juga penjahat setelah diberi nasihat oleh
siluman dalam proses penampilannya banyak diselangi adegan humor.
Bentuk pertunuukan Uyeg pada dasarnya mirip dengan pertunjukan seni
teater rakyat Jawa Barat lainnya seperti longser, pada awal pertunjukan
sekelompok nayaga mengawali pertunjukan dengan tetabuhan bedug dengan bunyi
lambat yang semakin lama menjadi semakin cepat, bunyi-bunyi tersebut disusul
dengan bunyi kendang dan alat gamelan lainnya serta bunyi teropet yang semakin
memeriahkan suasana, seiring suara gamelan yang cepat sehelai kain yang
berwarna hitam dan putih sebagai backdrop digetarkan, ketika aluanan musik
melambat, munculah Raja Uyeg dari balik kelir dengan dandanan seperti
raja dalam cerita pewayangan tapi memakai kaca mata hitam dan merokok kemudian
raja Uyeg menjadi simbol alam Uyeg dan sang Rajapun memaparkan
cerita Uyeg yang akan ditampilkan.
Seni Teater Uyeg sama dengan teater rakyat yang lainnya perlu penelitian
dan pelestarian lebih lanjut demi menambah khazanah kesenian teater di
Indonesia, seni teater tradisi bisa menjadi sumber ide gagasan untuk penciptaan
seni teater modern yang selama ini kian berkembang, seni teater tradisi
memiliki ciri dan jatidiri yang mesti dikaji sehingga bisa dibaca juga pola
pikir orang-orang pada masa itu, baik pola pikir berkesianannya atau pola pikir
kehidupannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar